Minggu, 08 Februari 2015

Anak Dan Seorang Ibu

Bismillah,,
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang ,

Sahabat pembaca yang di rahmati Allah , di hari ini sudahkah kita bersyukur atas nikmat Allah yang sudah di berikan kepada kita ?

semoga sahabat pembaca adalah seorang yang pandai bersyukur atas semua nikmat Allah yang di berikan.
Sahabat, apa status sahabat saat ini ? seorang anak? seorang Ibu ? Seorang Istri ? atau Seorang tokoh masyarakat ?

Apapun status sahabat saat ini kita mesti bersyukur karena msih di beri kehidupan dan kesehatan. Jika sahabat seorang ibu,, sudah kita menyayangi anak kita ? mendidik nya secara ajaran agama dan membimbing nya menjadi generasi yang di banggakan oleh agama, bangsa dan negara. Saya paham bagaimana sulit nya menjadi seorang ibu, mulai dari mengandung, yang di awal kandungan kita selalu lemas, muntah-muntah , makan tidak enak dan lain-lain. Setelah kandungan besar kita serba susah untuk melakukan aktivitas. Dan setelah waktunya tiba melahirkan, kita berjuang untuk proses melahirkan yang sakitnya sungguh luar biasa. Disaat melahirkan inilah seorang ibu bertaruh nyawa untuk memperjuangkan buah hati nya agar bisa lahir ke dunia dengan selamat.

Setelah anak kita lahir ke dunia, seorang senantiasa merawatnya. Mulai dari menyusui, menimangnya ketika menangis, memberi obat ketika sakit dan bahkan sampai tidak tidur semalaman jika sang anak sakit. Setelah sang anak beranjal dewasa , sang anak mulai aktif dengan sejuta kreatifitas dan inivasinya. Tidak memikirkan ini bahaya atau tidak . Siapa yang bertanggungjawab dari semua aktifitas sang anak ? Tentu seorang ibu.

Anak adalah amanah dari yang Kuasa, walau anak nakal dan sering membuat orang tua marah. Janganlah sekali memarahi anak. Semua kegiatan orang tua baik itu positif atau negatif semua akan di tiru oleh anak kita. Meredam emosi lebih baik jika kita berada di hadapan seorang anak.

Jika kita , seorang ibu selalu memarahi anak maka itu tanda nya kita mendidik anak kita menjadi anak yang suka marah. Suatu saat jika kita nasehati akan melawan orang tua. Berbeda dengan jika kita berbuat manis di hadapan anak. Ini artinya kita mendidik seorang anak agar memiliki kepribadiaan yang baik. Maka dari itu, mari kita jga anak kita dengan sebaik-sebaiknya.

Sahabat , saya menuliskan semua ini bukan saya sudah menjadi seorang ibu yang sempurna. Ini semua juga nasehat untuk saya khususnya. Karena menjadi seorang ibu muda dan anak yang super aktif, sungguh menguji kesabaran saya. Sahabat doakan saya semoga saya bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya kelak.. aamiin

Senin, 04 Februari 2013

Bagaimana Bertayamum ?



Hal-hal yang Wajib dalam Tayamum
Hal-hal yang wajib (fardhu) dalam tata cara tayamum adalah:
1. Niat

Hal ini didasarkan pada hadist:
Sesungguhnya segala amalan itu tergantung dengan niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang itu ada balasan apa-apa yang telah ia niatkan,” (HR Al-Bukhari)
Hendaknya tayamum diniatkan untuk mengerjakan ibadah yang sebelumnya dilarang karena berhadats, seperti shalat dan lainnya.
2. Bertayamum dengan debu yang suci

Allah Ta’ala berfirman:
“Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci)...” (An-Nisa: 43).

3. Bertayamum dengan satu kali tepukan, yaitu meletakkan kedua telapak tangan di atas debu.
4. Mengusap muka dan kedua telapak tangan

Allah Ta’ala berfirman:
“...sapulah mukamu dan tanganmu, sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Penyayang...” (An-Nisa: 43).

Sunnah-sunnah Tayamum
Sunnah-sunnah dalam tata cara tayamum antara lain:
1. Tasmiyah, yakni membaca “bismillah” dan dianjurkan untuk membacanya pada setiap kali mengerjakan amalan.
2. Tepukan yang kedua. Tepukan yang pertama hukumnya wajib, sedangkan tepukan yang kedua hukumnya sunnah.
3. Mengusap kedua lengan tangan dan kedua telapak tangan.

Tayamum cukup dengan mengusap kedua telapak tangan, namun mengusap kedua lengan tangan dianjurkan sebagai bentuk kehati-hatian saja. Hal ini berdasarkan perbedaan pendapat dalam mengartikan kata “al-Yadain” (kedua tangan) dalam Surat An-Nisa Ayat 43 tersebut, apakah yang dimaksud itu kedua telapak tangan saja, atau kedua telapak tangan dan kedua lengan tangan sampai kedua siku.

Cara Bertayamum
Adapun tata cara tayammum, adalah sebagai berikut:
1. Membaca Basmalah
Sebagaimana halnya dalam wudhu`. Dikarenakan tayammum adalah pengganti thaharah wudhu`, dan pengganti menyadur hukum yang digantikannya.
2. Menepukkan kedua telapak tangan ke tanah dengan sekali tepukan.
 Berdasarkan hadits Ammar bin Yasir nabi bersabda tentang cara bertayamum:
“Cukuplah bagimu untuk melakukan dengan kedua tanganmu demikian. Kemudian beliau menepukkan kedua tangan beliau pada tanah dengan sekali tepukan, lal mengusapkan tangan kiri pada tangan kanan, kedua punggung tangan dan wajah beliau.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa tepukan tangan ke tanah ketika melakukan tayammum hanya dengan sekali tepukan, sebagaimana pada hadits Ammar diatas.
Ibnu Abdil Barr mengatakan, “Bahwa sebagian besar atsar-atsar yang diriwayatkan dari Ammar menyebutkan sekali tepukan. Adapun atsar yang diriwayatkan dari beliau yangmenyebutkan dua kali tepukan kesemuanya mudhtharib…”
Dan hadits Abdullah bin Umar secara marfu’, “Tayammum dengan dua kali tepukan, sekali untuk wajah dan sekali untuk kedua tangan hingga bagian siku.” Diriwayatkan oleh ad-Daraquthni, al-Hakim dan al-Baihaqi, namun hadits ini sangat lemah, pada sanadnya terdapat Ali bin Zhabyaan, dia perawi yang matruk.
Demikian juga hadits Ibnu Umar lainnya yang mneyebutkan tiga kali tepukan pada tayammum adalah hadits yang sangat lemah. Wallahu a’lam.
3. Meniup kedua telapak tangan sebelum membasuhkannya ke anggota tayammum.
Berdasarkan hadits Ammar bin Yasir, dalam salah satu riwayatnya pada  menepukkan keduarShahih al-Bukhari, dimana disebutkan, “… Lalu Nabi  telapak tangan beliau pada tanah kemudian meniupnya, lalu mengusapkan keduanya pada wajah dan kedua telapak tangan beliau.” (Shahih al-Bukhari no. 338 dan juga no. 339)
4. Mengusap wajah dan kedua tangan hingga pergelangan.
Allah subhanahu berfirman,
“Dan usaplah wajah dan tangan-tangan kalian.” (al-Maidah: 6)
Juga berdasarkan hadits Ammar bin Yasir diatas.
Mencukupkan tayammum pada wajah dan kedua tangan hingga pergelangan merupakan pendapat Atha`, Sa’id bin al-Musayyab, an-Nakha’i, Makhul, al-Auza’i, Ahmad, Ishaq dan merupakan pendapat yang dipilih oleh Ibnul Mundzir dan juga sebagian besar ulama hadits.
Adapun hadits-hadits yang menyebutkan adanya mengusap tangan hingga ke bagian siku, tidak satupun hadits tersebut yang shahih. Bahkan sebagian besarnya adalah hadits-hadits yang sangat lemah. Seperti disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr didalam kitab beliau at-Tamhid dan juga asy-Syaukani didalam Nail al-Authar.
5. Tertib dalam tayammum, yaitu dimulai dengan mengusap wajah lalu kedua tangan.
Berdasarkan konteks firman Allah ta’ala,
“Basuhlah wajah dan tangan-tangan kalian.” (al-Maidah: 6)
6. Dikerjakan secara beriringan (al-muwalaah)
            Dikarenakan ibadaha adalah suatu kewajiban kita sebagai hamba Allah yang taat dengan ajaran yang diajarkan lewat Rasulullah SAW. Maka dalam kondisi apapun harus tetap melaksanakan ibadah tersebut. Sebelum beribdah kepada Allah, di anjurkan bahkan perintah dari Allah untuk bersuci. Jika kita berhalangan bersuci dengan menggunakan air atau tidak ditemukan air maka boleh bersuci dengan menggunakan debu yang suci.

Tayamum Dan Keistimewaannya



Allah menciptakan manusia tujuannya adalah tidak bukan hanya untuk meyembah Allah SWT, yaitu dalam bentuk beribdah kepada Allah SWT. Ibadah disini adalah yang bersifat mahdhoh dan muamalah. Untuk ibadah madhah maka di anjurkan untuk bersuci terlebih dahulu, bisa dengan mandi atau berwudhu. Dan kita tahu bahwa mandi dan berwudhu hanya bisa di lakukan dengan menggunakan air. Bagaimana kalau kita tidak menemukan air ?
Ibadah adalah suatu kewajiban jadi apapun keadaannya selagi kita masih mampu maka harus tetap dilaksanakan. Jika kita tidak menemukan air untuk bersuci atau tidak boleh terkena air karena sakit tertentu. Oleh karena itu, dengan kemudahan dan keluwesannya Islam mensyari’atkan tayamum dengan debu yang suci sebagai ganti dari berwudhu. Dengan demikian orang islam tetap mendapatkan keberkatan ibadah. Dengan demikian tayamum memiliki keistimewaan dalam islam karena dengan debu yang suci bisa mensyahkan ibadah seseorang yang sedang junub.
Sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW : “ Saya telah di berikan lima perkara, tidak seorangpun sebelumku di berikan kelima hal tersebut. Saya di beri pertolongan berupa ketkutan bagi musuh sejauh masa sebulan, di jadikan bagiku tanah sebgai masjid dan wadah bersuci, maka dimana saja seseorang dia mengerjakan sholat dan dihalalkan bagiku harta rampasan perang dimana harta rampasan tersebut tidak di halalkan bagi seorangpun sebelumku, dan saya di beri sayfa’at, dan adalah setiap nabi di utus khusus bagi kaumnya semta sedangkan saya di utus bagi seluruh manusia ( Bukhari –Muslim ).
Dan di berlakukan tayamum ini berdasarkan hadits
“Aisyah istri Nabi Muhammad saw berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah saw dalam sebagian perjalanan-perjalanan beliau, sehingga ketika kami di Baida' atau di Dzatul Jaisy [ketika kami memasuki Madinah, 5/ 187], terputuslah kalungku [lalu Rasulullah saw menderumkan untanya dan turun]. Rasulullah saw berkenan mencarinya dan orang-orang menyertai (mengikuti) beliau. Mereka tidak di tempat yang ada air [dan mereka tidak membawa air, 4/ 195], [lalu beliau meletakkan kepala beliau di pangkuanku untuk tidur]. Orang-orang lalu datang kepada Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dengan berkata, 'Tidaklah engkau lihat apa yang diperbuat oleh Aisyah kepada Rasulullah saw dan orang banyak? Mereka tidak di (tempat yang ada) air dan mereka tidak mempunyai air.' Abu Bakar lalu datang kepada Rasulullah saw. yang sedang tidur dengan meletakkan kepalanya atas pahaku. Abu Bakar berkata, 'Kamu menahan Rasulullah saw. dan orang-orang, sedangkan mereka tidak di (tempat yang ada) air dan mereka tidak memiliki air.' Abu Bakar memarahiku dan ia mengatakan apa yang dikehendaki Allah untuk diucapkan olehnya. Ia mulai memukulku dengan tangannya pada lambung aku. (Dalam satu riwayat: dan dia meninjuku dengan keras seraya berkata, 'Engkau telah menahan orang banyak gara-gara seuntai kalung?!' Mati aku, karena keberadaan Rasulullah saw yang demikian itu menyakitkanku) dan aku terhalang untuk bergerak karena Rasulullah masih tidur di pahaku. Rasulullah saw bangun ketika (dan dalam satu riwayat: lalu Rasulullah saw tidur hingga) masuk waktu subuh tanpa ada air. Selanjutnya, Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat tayamum dan mereka pun bertayamum. Usaid bin Hudhair berkata, 'Apakah permulaan berkahmu, wahai keluarga Abu Bakar?' Aku (Aisyah) berkata, 'Kami mencari unta yang dahulu kami di atasnya. Kami menemukan kalung itu di bawahnya.' (Dan dari jalan lain dari Aisyah bahwa dia meminjam kalung kepada Asma', lalu kalung itu hilang, lalu Rasulullah saw menyuruh seseorang [untuk mencarinya, 7/54], kemudian orang itu menemukannya, kemudian datang waktu shalat, sedangkan mereka tidak membawa air. Shalatlah mereka [dengan tanpa berwudhu, 4/220]. Mereka lalu melaporkan hal itu kepada Rasulullah saw., lalu turun ayat tentang tayamum. Usaid bin Hudhair berkata kepadaku (Aisyah), 'Mudah-mudahan Allah memberi balasan yang baik kepadamu. Demi Allah, tidaklah terjadi padamu sesuatu yang sama sekali tidak engkau sukai, melainkan Allah menjadikan untukmu [jalan keluar darinya], dan [menjadikan] padanya kebaikan bagi kaum muslimin (dalam satu riwayat: berkah).' ( Bukhari-Muslim, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah )  

Selasa, 22 Januari 2013

Sepasang Telinga

ilustrasi net
Cerita ini say ambil dari status pages facebook. Menceritakan kasih sayang seorang ibu kepada anak nya. mau berkorban demi anak nya yang cacat.

Inilah ceritanya ..... 

“Bisa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang kearah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga.

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak sambil berkata, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.”

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Iapun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, “Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?” Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya” kata dokter. Kemudian, orang tua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, “Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia.” kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku, ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.” Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.” Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.

“Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya” bisik sang ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?” Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati.


Semoga bisa bahan renungan untuk kita , 

Minggu, 20 Januari 2013

Tata Cara MAndi Junub

Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairiy

1. Mandi wajib dimulai dengan mengucapkan bismillah, dan berniat untuk menghilangkan hadast besar,(pembahasa mengenai niat, harap baca: Penjelasan Hadist "Sesungguhnya Amal Itu Tergantung Pada Niatnya..." Oleh Sheikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin)
2. Membersihkan kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian bercebok.
3. Membersihkan kemaluannya, dan kotoran yang ada di sekitarnya.
4. Berwudhu seperti halnya orang yang berwudhu hendak shalat, kecuali kedua kakinya. Namun boleh membersikan kedua kakinya ketika berwudhu atau mengakhirkannya sampa selesai mandi.
5. Mencelupkan kedua telapak tangannya ke dalam air, lalu menyela-nyela pangkal rambut kepalanya dengan kedua telapak tangannya itu kemudian membersihkan kepalanya dan kedua telinganya tiga kali dengan tiga cidukan.
Note: Menyela pangkal rambut hanya khusus bagi laki-laki. Bagi perempuan, cukup dengan mengguyurkan pada kepalanya tiga kali guyuran, dan menggosoknya, tapi jangan mengurai/membuka rambutnya yang dikepang, karena ada hadist yand diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ummu Salamah yang bertanya kepada Rasulullah, “Aku bertanya, wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini perempuan yang sangat kuat jalinan rambut kepalanya, apakah aku boleh mengurainya ketika mandi junub (mandi besar)?” Maka Rasulullah menjawab, “Jangan, sebetulnya cukup bagimu mengguyurkan air pada kepalamu tiga kali guyuran,” (HR At-TIrmidzi).
6. Mengguyur tubuhnya yang sebelah kanan dengan air, membersihkannya dari atas sampai ke bawah, kemudian bagian yang kiri seperti itu juga berturut-turut sambil membersihkan bagian-bagian yang tersembunyi (pusar, bawah ketiak, lutut, dan lainnya).
Tata cara ini berdasarkan penuturan Aisyah Radhiyallahu Anha:
Apabila Rasulullah hendak mandi junub (mandi besar), beliau memulai dengan membasuh kedua tangannya sebelum memasukannya ke dalam bejana. Kemudian beliau membasuh kemaluannya dan berwudhu seperti halnya berwudhu untuk shalat. Setelah itu, beliau menuangkan air pada rambut kepalanya, kemudian mengguyurkan air pada kepalanya tiga kali guyuran, kemudian mengguyurkannya ke seluruh tubuhnya,” (HR At-Tirmidzi: 104, dan Abu Daud: 243).  
Wallahu’alam bish shawwab.

sumber : mukminun.com

Resep Sosis Ayam Manis

Bahan-bahan:
  • 5 potong sosis ayam/sapi, potong 2 cm
  • 100 ml minyak goreng
  • 1 bungkus penyedap rasa
  • 1/2 bawang bombay, potong dadu
  • 2 siung bawang putih, cincang
  • 2 sdm saos tomat
  • 1 sdm gula pasir
  • 1/4 sdt lada
  • 100 ml air
  • 1 sdt margarine
Cara memasak
  • Goreng sosis hingga merekah (jangan terlalu kering)
  • Panaskan margarine, tumis bawang putih hingga layu
  • Tambahkan bawang bombay, tumis hingga matang
  • Masukkan semua bumbu, air, aduk dan masak hingga mendidih lalu masukkan sosis
  • Masak sebentar saja (2 menit) angkat.

Kamis, 20 Desember 2012

Lima Tingkatan Manusia Dalam Sholat

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa lima tingkatan manusia di dalam shalat:

 

  • Tingkatan orang yang zhalim kepada dirinya dan teledor. yaitu, orang yang kurang sempurna dalam wudhunya, waktu shalatnya, batas-batasnya dan rukun-rukunnya.

 

  • Orang yang bisa menjaga waktu-waktunya, batas-batasnya, rukun-rukunnya yang sifatnya lahiriyah, dan juga wudhunya, tetapi tidak berupaya keras untuk menghilangkan bisikan jahat dari dalam dirinya. Maka dia pun terbang bersama bisikan jahat dan pikirannya.

 

  • . Orang yang bisa menjaga batas-batasnya dan rukun-rukunnya. Ia berupaya keras untuk mengusir bisikan jahat dan pikiran lain dari dalam dirinya, sehingga dia terus-menerus sibuk berjuang melawan musuhnya agar jangan sampai berhasil mencuri shalatnya. Maka, dia sedang berada di dalam shalat, sekaligus jihad.

  • Orang yang melaksanakan shalat dengan menyempurnakan hak-haknya, rukun-rukunnya, dan batas-batasnya. Hatinya larut dalam upaya memelihara batas-batas dan hak-haknya, agar dia tidak menyia-nyiakan sedikitpun darinya. Bahkan seluruh perhatiannya tercurah untuk melaksanakannya sebagaimana mestinya, dengan cara yang sesempurna dan selengkap mungkin. Jadi, hatinya dirasuki oleh urusan shalat dan penyembahan kepada Tuhan di dalamnya.

  • Orang yang melaksanakan shalat dengan sempurna. Dia mengambil hatinya dan meletakkannya di hadapan Tuhan. Dia memandang dan memperhatikanNya dengan hatinya yang dipenuhi rasa cinta dan hormat kepadaNya. Dia melihatNya dan menyaksikanNya secara langsung. Bisikan dan pikiran jahat tersebut telah melemah. Hijab antara dia dengan Tuhannya telah diangkat. Jarak antara shalat semacam ini dengan shalat yang lainnya lebih tinggi dan lebih besar daripada jarak antara langit dan bumi. Di dalam shalatnya, dia sibuk dengan Tuhannya. Dia merasa tenteram lewat shalat.

Kelompok pertama akan disiksa. Kelompok kedua akan diperhitungkan amalnya. Kelompok ketiga akan dihapus dosanya. Kelompok keempat akan diberi balasan pahala. Dan kelompok kelima akan mendapat tempat yang dekat dengan Tuhannya, kerana dia menjadi bagian dari orang yang ketenteraman hatinya ada di dalam shalat. Barangsiapa yang tenteram hatinya dengan shalat di dunia, maka hatinya akan tenteram dengan kedekatannya kepada Tuhan di akhirat dan akan tenteram pula hatinya di dunia. Barangsiapa yang hatinya merasa tenteram dengan Allah ta’ala ,maka semua orang akan merasa tenteram dengannya. Dan barangsiapa yang hatinya tidak bisa merasa tenteram dengan Allah ta’ala , maka jiwanya akan terpotong-potong kerana penyesalan terhadap dunia. (Al-Wabil Ath-Thayyib, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, hal 25-29)

 

 

Sumber : alqiyamah.wordpress.com